tag:blogger.com,1999:blog-70252718247418688922024-02-20T22:56:06.490-08:00MOSLEMshareAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/02222576436259423427noreply@blogger.comBlogger7125tag:blogger.com,1999:blog-7025271824741868892.post-46808856588093871582012-08-06T12:45:00.000-07:002012-08-06T12:45:08.320-07:00BID’AH-BID’AH DI BULAN RAMADHAN<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjENVpEoQP3pqAa662la6x3Oig1zQ-hRKQWEGM6Ar1pkGQjf1NJlAxPuiUukiEdaHFAzojL7jP5i9U9nqkcfvdFp-MdHY7fXYxMvsZHhLY0Lb8kezZ6tUeESLUfiYWFMRxbvyJ-rw-zMG0c/s1600/bid-ah-ilustrasi-_120216215842-258.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="144" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjENVpEoQP3pqAa662la6x3Oig1zQ-hRKQWEGM6Ar1pkGQjf1NJlAxPuiUukiEdaHFAzojL7jP5i9U9nqkcfvdFp-MdHY7fXYxMvsZHhLY0Lb8kezZ6tUeESLUfiYWFMRxbvyJ-rw-zMG0c/s200/bid-ah-ilustrasi-_120216215842-258.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat mulia, hanya saja sebagaimana
ibadah-ibadah lainnya, ia telah tercampuri oleh beberapa ritual bid’ah
yang tidak ada dasarnya dalam agama. Berikut ini kami sampaikan beberapa
bid’ah yang biasa dilakukan oleh kebanyakan manusia. Semoga Allah
menyelamatkan darinya. Di antaranya adalah hal-hal sebagai berikut<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[1]</a>:</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<strong>1. Melafadzkan Niat Puasa Di Malam Hari</strong></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Tidak diragukan lagi bahwa niat merupatkan syarat sahnya ibadah dengan kesepakatan ulama.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[2]</a>
Hanya saja perlu diketahui bahwa niat tempatnya adalah di dalam hati,
barangsiapa yang terlintas di dalam hatinya bahwa dia besk akan puasa
maka sudah berarti dia telah berniat. Adapun melafadzkan niat puasa di
malam hari baik dengan berjamaah maupun sendiri-sendiri dengan
mengucapkan:</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="arab" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<span style="font-size: large;">نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةَ ِللهِ تَعَالَى</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<em>Aku berniat puasa besok untuk melaksanakan fardhu puasa Romadhan pada tahun ini karena Alloh Ta’ala.</em></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Do’a ini sangat masyhur bahkan diucapkan secara berjama’ah di masjid
setelah sholat tarawih padahal tidak ada asalnya sama sekali dalam
kitab-kitab hadits, bahkan ini adalah kebid’ahan dalam agama sekalipun
manusia menganggapnya kebaikan<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[3]</a>.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Jadi, melafadzkan niat seperti itu tidak ada contohnya dari Nabi,
para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan sebagainya, bahkan kata Imam
Ibnu Abil Izzi al-Hanafi: “Tak seorangpun dari imam empat, baik Syafi’i
maupun lainnya yang mensyaratkan melafadzkan niat, karena niat itu di
dalam hati dengan kesepakatan mereka”.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[4]</a> </div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Maka jelaslah bahwa melafadzkan niat termasuk bid’ah dalam agama.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[5]</a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Abu Abdillah Muhammad bin Qosim al-Maliki berkata: “Niat termasuk pekerjaan hati, maka mengeraskannya adalah bid’ah”.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[6]</a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<strong>2. Menetapkan Waktu Imsak</strong></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Menetapkan waktu imsak bagi orang yang makan sahur 5 atau 7 menit
sebelum adzan Subuh dan mengumumkannnya melalui pengeras suara ataupun
radio adalah bid’ah dan menyelisihi sunnah mengakhirkan sahur.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Syari’at memberikan batasan seseorang untuk makan sahur sampai adzan
kedua atau adzan Subuh dan syari’at menganjurkan untuk mengakhurkan
sahur, sedangkan imsak melarang manusia dari apa yang dibolehkan oleh
syari’at dan memalingkan manusia dari menghidupkan sunnah mengakhirkan
sahur.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
“Maka lihatlah wahai saudaraku keadaan kaum muslimin pada zaman
sekarang, mereka membalik sunnah dan menyelisihi petunjuk Nabi, dimana
mereka dianjurkan untuk bersegera berbuka tetapi malah mengakhirkannya
dan dianjurkan untuk mengakhirkan sahur tetapi malah menyegerakannya.
Oleh karenanya, mereka tertimpa petaka dan kefakiran dan kerendahan di
hadapan musuh-musuh mereka”.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[7]</a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Kami memahami bahwa maksud para pencetus <em>Imsak </em>adalah
sebagai bentuk kehati-hatian agar jangan sampai masuk waktu Subuh,
sedangkan masih masih makan atau minum, tetapi ini adalah ibadah
sehingga harus berdasarkan dalil yang shohih. Jika kita hidup di zaman
Nabi, apakah kita berani membuat-buat waktu imsak, melarang Rosululloh
makan sahur jauh-jauh sebelum waktu Subuh tiba?!!<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[8]</a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: “Termasuk bid’ah yang mungkar yang
telah tersebar pada zaman sekarang adalah mengumandangkan adzan kedua
sebelum shubuh sekitar 15 menit pada bulan Romadhan, dan mematikan
lampu-lampu sebagai tanda peringatan haramnya makan dan minum bagi orang
yang hendak puasa. Mereka mengklaim bahwa hal itu sebagai bentuk
kehati-hatian dalam ibadah. Mereka mengakhirkan berbuka dan menyegerakan
sahur, mereka menyelisihi sunnah. Oleh karenanya sedikit sekali
kebaikan yang mereka terima, bahkan mereka malah tertimpa petaka yang
banyak, Allohul Musta’an.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[9]</a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<strong>3. Membangunkan Dengan Kentongan atau Pengeras Suara</strong></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<strong> </strong>Biasanya di sebagian kampung dan desa
ada segerombolan anak muda atau juga orang tua menabuh kentongan sekitar
2-3 jam sebelum shubuh untuk membangunkan mereka agar segera sahur,
seraya mengatakan: “Sahur!! Sahur!! Sahur!! Bahkan ada sebagian yang
menggunakan mikrofun masjid untuk melakukan panggilan ini.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Tidak ragu lagi bahwa ini adalah suatu kebiasaan yang dianggap
ibadah, padahal tidak ada ajarannya dalam agama. Seandainya itu baik
tentu akan diajarkan oleh agama. Apalagi, kebiasaan dapat mengganggu
kenyamanan tidur orang di malam hari, padahal Allah berfirman:</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="arab" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<span style="font-size: large;">إِذْ جَاءُوكُم مِّن
فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ
وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّـهِ الظُّنُونَا</span> </div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat
tanpa kesalahan yang mereka perbuat, Maka Sesungguhnya mereka telah
memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (QS. Al-Ahzab: 58)<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[10]</a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Syaikh Abdul Qodir al-Jazairi berkata: “Apa yang dilakukan oleh
sebagian orang jahil pada zaman sekarang di negeri kita berupa
membangunkan otang puasa dengan kentongan merupakan kebid’ahan dan
kemunkaran yang seharusnya dilarang dan diingatkan oleh orang-orang yang
berilmu”.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[11]</a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<strong>4. Memperingati <em>nuzulul qur’an</em></strong></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Biasanya pada pada tanggal 17 Romadhon, kebanyakan kaum muslimin mengadakan peringatan yang disebut dengan <em>perayaan Nuzulul Qur’an</em> sebagai bentuk pengagungan kepada kitab suci Al-Qur’an. Namun ritual ini perlu disorot dari dua segi:</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<strong>Pertama: </strong>Dari segi sejarah, adakah bukti otentik
baik berupa dalil ataupun sejarah bahwa Al-Qur’an diturunkan pada
tanggal tersebut?! Inilah pertanyaan yang kami sodorkan kepada
saudara-sauadaraku semua.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<strong>Kedua:</strong> Angggaplah memang terbukti bahwa Al-Qur’an
diturunkan pada tanggal tersebut, namun menjadikannya sebagai perayaan
membutuhkan dalil dan contoh dari Nabi. Bukankah, orang yang paling
gembira dengan turunnya al-Qur’an adalah Rosululloh dan para
sahabatnya?! Namun sekalipun demikian, tidak pernah dinukil dari mereka
tentang adanya peringatan semacam ini, maka hal itu menunjukkan bahwa
peringatan tersebut bukan termasuk ajaran Islam tetapi kebid’ahan dalam
agama.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Ketahuilah wahai saudaraku bahwa perayaan tahunan dalam Islam hanya ada dua macam; idhul fithri<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[12]</a> dan idhul adha, berdasarkan hadits:</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="arab" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<span style="font-size: large;">عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
قَالَ : كَانَ لِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ
يَلْعَبُونَ فِيهِمَا, فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ قَالَ :كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ
فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا : يَوْمَ
الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<em>Dari Anas bin Malik berkata: Tatkala Nabi datang ke kota Madinah,
penduduk Madinah memiliki dua hari untuk bersenag gembira sebagaimana
di waktu jahiliyyah, lalu beliau bersabda: “Saya datang kepada kalian
dan kalian memiliki dua hari raya untuk bersenang gembira sebagaimana di
waktu jahiliyyah. Dan sesungguhnya Allah telah mengganti keduanya
dengan yang lebih baik, idhul adha dan idhul fithri”. </em><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[13]</a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah tidak ingin kalau umatnya
membuat-buat perayaan baru yang tidak disyari’atkan Islam. Alangkah
bagusnya ucapan al-Hafizh Ibnu Rojab: “Sesungguhnya perayaan tidaklah
diadakan berdasarkan logika dan akal sebagaimana dilakukan oleh Ahli
kitab sebelum kita, tetapi berdasakan syari’at dan dalil”.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[14]</a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Beliau juga berkata: “Tidak disyari’atkan bagi kaum muslimin untuk
membuat perayaan kecuali perayaan yang diizinkan Syari’at yaitu idhul
fithri, idhul adha, hari-hari tasyriq, ini perayaan tahunan, dan hari
jum’at, ini perayaan mingguan. Selain itu, menjadikannya sebagai
perayaan adalah bid’ah dan tidak ada asalnya dalam syari’at”.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[15]</a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<strong>5. Komando Di antara Roka’at Sholat Tarawih</strong></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Berdzikir dan mendo’akan para Khulafaur Rosyidin di antara dua salam
sholat Tarawih dengan cara berjama’ah di pimpin oleh satu orang dengan
mengucapkan:</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="arab" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<span style="font-size: large;">اَلصَّلاَةُ سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَحِمَكُمُ اللهُ</span> . . .</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Tidak pernah dinukil dari al-Qur’an dan dalam Sunnah tentang dzikir
ini. Kalau tidak pernah kenapa kita tidak mencukupkan diri dengan apa
yang dibawa Nabi dan para sahabatnya? Oleh karenanya maka hendaknya bagi
setiap muslim untuk menjauhi hal ini, karena hal ini termasuk
kebid’ahan dalam agama yang hanya dianggap baik oleh logika.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Jangan ada yang mengatakan bahwa hal itu boleh-boleh saja karena
berisi sholawat dan doa kepada sahabat yang merupakan amalan baik dengan
kesepakatan ulama, itu memang benar tetapi masalahnya manusia
menganggapnya sebagai syi’ar sholat tarawih padahal itu merupakan tipu
daya Iblis kepada mereka.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Bagaimana mereka menganggap baik sesuatu yang tidak ada ajarannya
dalam agama, padahal hal itu diingkari secara keras oleh Imam Syafi’I
tatkala berkata:</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="arab" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<span style="font-size: large;">مَنِ اسْتَحْسَنَ فَقَدْ شَرَعَ</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<em>Barangsiapa yang istihsan maka ia telah membuat syari’at</em>.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[16]</a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Asy-Syaukani berkata: “Maksud<em> istihsan </em>adalah ia menetapkan suatu syariat yang tidak syar’i dari pribadinya sendiri”.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[17]</a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Jadi, ritual ini termasuk kebid’ahan yang harus diwaspadai dan ditinggalkan.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[18]</a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<strong>6</strong>. <strong>Tadarrus al-Qur’an berjama’ah dengan pengeras suara</strong></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Pada dasarnya kita dianjurkan untuk banyak membaca Al-Qur’an di bulan
ini. Namun ritual Tadarus al-Qur’an berjama’ah yang biasa dilakukan
oleh keum muslimin di masjid dengan mengeraskan suara adalah suatu hal
yang perlu diluruskan.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Membaca al-Qur’an termasuk ibadah mulia yang diharapkan dengannya
dapat dipahami dan diamalkan kandungannya serta dilakukan sesuai
tuntunan Nabi n\ yaitu dengan suara pelan dan merendahkan diri karena
itu lebih menjauhkan seseorang dari riya’ dan mendekatkan seseorang
kepada Robbnya. Alloh Ta’ala berfirman:</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="arab" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<span style="font-size: large;">ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ</span> </div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<em>Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang
lembut. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas. </em>(QS. Al-A’rof [7]: 55)</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Rosululloh n\ pernah menegur sebagian sahabat yang berdo’a atau berdzikir dengan suara keras dengan perkataan beliau:</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="arab" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<span style="font-size: large;">يَا أَيُّهَا النَّاسُ ،
ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ
غَائِبًا ، إِنَّهُ مَعَكُمْ ، إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ ، تَبَارَكَ
اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<em>Wahai manusia, kasihanilah dirimu! Sesungguhnya kalian tidaklah
berdo’a kepada Dzat yang tuli dan tidak ada, sesungguhnya Ia bersama
kalian dan sesungguhnya Alloh Maha Mendengar dan Maha Dekat, Maha Suci
NamaNya dan Maha Tinggi KemuliaanNya</em>. (HR. al-Bukhori 2292, Muslim 2704)</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Terlebih lagi apabila ibadah mulia ini dilakukan dengan cara
campur-baurnya laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom dan tidak halal
untuk saling melihat. Apakah ini ibadah atau permainan?! <em>Wallohul Muwaffiq.</em><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[19]</a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<strong>7. Mengkhususkan Ziarah Kubur</strong></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Pada bulan Ramadhan dan hari raya sering kita dapati manusia ramai ke
kuburan dengan keyakinan bahwa waktu itu adalah waktu yang sangat
istimewa dalam ziarah kubur. Namun, adakah dalam Islam ketentuan waktu
khusus untuk ziarah kubur?!</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Jawabannya: Tidak ada waktu khusus untuk ziaroh kubur. Para ahli
fiqih dari kalangan Syafi’iyyah dan Hanabilah telah menegaskan anjuran
memperbanyak ziarah kubur kapanpun waktunya.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[20]</a> Para ulama Malikiyyah mengatakan: “Ziarah kubur tidak ada batasan dan waktu khusus”.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[21]</a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Hal ini dikuatkan dengan keumuman dalil-dalil perintah ziarah kubur,
tidak ada keterangan bahwa ziarah kubur terbatasi dengan waktu tertentu,
karena diantara hikmah ziarah kubur adalah untuk mengambil pelajaran,
ingat akherat, melembutkan hati, sedangkan hal itu dianjurkan setiap
waktu tanpa terbatasi oleh waktu khusus.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[22]</a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Jadi, kita tidak boleh mengkhususkan waktu-waktu khusus untuk ziarah, kapanpun ziarah adalah boleh.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Demikianlah beberapa bid’ah yang dapat kami sampaikan. Kita memohon
kepada Allah agar menyelamatkan kita semua darinya dan memberikan
hidayah kepada kaum muslimin yang masih melakukannya. Amiin.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<strong>8. Bid’ah Sholat Lailatul Qodr</strong></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Sebagian manusia ada yang mengerjakan shalat Lailatul Qodr dengan
tata cara; shalat dua raka’at dengan berjama’ah setelah shalat taraweh.
Kemudian di akhir malam, mereka shalat lagi seratus raka’at. Shalat ini
mereka kerjakan pada malam yang menurut persangkaan kuat mereka adalah
lailatul qodr. Oleh karena itu shalat ini dinamakan shalat lailatul
qodr. Tidak ragu lagi bahwa ini adalah bid’ah yang nyata.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[23]</a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<hr size="1" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" width="33%" />
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[1]</a> Pembahasan ini banyak mengambil manfaat dari buku <em>“30 Tema Pilihan Kultum Ramadhan” </em>hlm. 166-173 oleh al-Akh Abu Bakar Muhammad, cet Majelis Ilmu, dengan beberapa tambahan referensi penting lainnya.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[2]</a> <em>Syarh Hadits Innamal A’mal bin Niyyat</em>, hlm. 119 oleh Ibnu Taimiyyah.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[3]</a> Lihat <em>Shifat Shoum Nabi </em>hlm. 30 oleh Syaikh Salim al-Hilali dan Syaikh Ali Hasan.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[4]</a> <em>Al-Ittiba’</em> hlm. 62, tahqiq Muhammad Atho’ullah Hanif dan Dr. Ashim al-Qoryuthi,<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[5]</a> Lihat secara luas <em>Al-Amru bil Ittiba’ </em>hlm. As-Suyuthi hlm. 295, <em>Majmu’ah Rosail Kubro</em> 1/254-257, <em>Zadul Ma’ad</em> 1/51, <em>Al-Qoulul Mubin fii Akhtoil Mushollin</em>
hlm. 91-96 oleh Syaikh Masyhur Hasan, tulisan “Hukum Melafadzkan Niat”
oleh al-Usradz Abu Ibrahim dalam Majalah Al Furqon edisi 9, hlm. 37-42,
tahun ketujuh.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[6]</a> <em>Majmuah Rasail Kubra</em> 1/254, Ibnu Taimiyyah. Lihat <em>al-Qoul al-Mubin Fi Akhthoil Mushallin</em> hal.91, Masyhur Hasan Salman<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[7]</a> <em>Shofwatul Bayan fii Ahkamil Adzan wal Iqomah</em> hlm. 116 oleh Abdul Qodir al-Jazairi.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[8]</a> Lihat <em>Fathul Bari</em> 4/109-110 oleh Ibnu Hajar, <em>Islahul Masajid </em>hlm. 118-119 oleh al-Qosimi, <em>Tamamul Minnah</em> hlm. 417-418 oleh al-Albani, <em>Fatawa Ibnu Utsaimin </em>hlm. 670, <em>Taisir Alam </em> 1/ 496 oleh Abdullah al-Bassam, <em>Mukholafat Romadhan</em> hlm. 22-23 oleh Abdul Aziz As-Sadhan.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[9]</a> <em>Fathul Bari</em> 4/199<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[10]</a> Lihat <em>Kullu Bid’atin Dholalah </em>oleh Muhammad al-Muntashir hlm. 194.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[11]</a> <em>Shofwatul Bayan fii Ahkamil Iqomah wal Adzan </em>hlm. 115-116, muroja’ah Syaikh al-Albani dan Syaikh Masyhur bin Hasan.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[12]</a> <strong>Faedah: </strong>Banyak
orang Indonesia menerjemahkan idhul fithri dengan “Kembali Suci”.
Terjemahan ini salah kaprah ditinjau dari segi bahasa dan syara’,
sebagaimana dijelaskan oleh Ustadzuna Abdul Hakim Abdat dalam Majalah As
Sunnah 05/Th. 1 hlm. 34-35 dan Ustadzuna Abu Nu’aim dalam Majalah Al
Furqon 03/Th. 1 hlm. 12-13. Semoga Allah membalas kebaikan untuk
keduanya.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[13]</a> HR. Ahmad 3/103, Abu Dawud 1134 dan Nasai 3/179).<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[14]</a> <em>Fathul Bari</em> 1/159, <em>Tafsir Ibnu Rojab</em> 1/390.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[15]</a> <em>Lathoiful Ma’arif</em> hlm. 228.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[16]</a> Ucapan ini populer dari Imam Syafi’i sebagaimana dinukil oleh para imam madzhab Syafi’i seperti al-Ghozali dalam <em>al-Mankhul</em> hlm. 374 dan al-Mahalli dalam <em>Jam’ul Jawami’</em> 2/395 dan lain sebagainya. (Lihat <em>Ilmu Ushul Bida’</em> hlm. 121 oleh Syaikh Ali Hasan).<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[17]</a> <em>Irsyadul Fuhul </em>hlm. 240.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[18]</a> Lihat <em>Al-Ibda’ fi Madhoril Ibtida’</em> hlm. 265-286 oleh Syaikh Ali Mahfudh, <em>Al-Burhanul Mubin fi Tashoddi lil Bida’ wal Abathil </em>1/524, <em>Al-Amru bil Ittiba’ wan Nahyu ‘anil Ibtida’</em> oleh as-Suyuthi hlm. 192, ta’liq Syaikh Masyhur Hasan, <em>Mu’jamul Bida’ </em>hlm. 98-99 oleh Raid Shobri.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[19]</a> Lihat pula <em>Al-Ibda’ fii Madhoril Ibtida’</em> hlm. 183 oleh Syaikh Ali Mahfudh, <em>Al-Bid’ah</em> hlm, 31 oleh Syaltut,<em> Mu’jamul Bida’</em> hlm. 53 oleh Raid Shabri, <em>Tashihu Du’a</em> oleh Bakr Abu Zaid hlm. 270<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[20]</a> <em>Ahkam al-Maqobir</em> hal. 302<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[21]</a> <em>Mukhtashor al-Khalil Ala Mawahib al-Jalil</em> 2/237.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[22]</a> <em>Ahkam al-Maqobir</em> hal. 302. Lihat pula risalah kami “Agar Ziarah Membawa Berkah” hlm. 17, cet Media Tarbiyah Bogor.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7025271824741868892" title="">[23]</a> <em>Al-Bida’ al-Hauliyyah</em> 2/431, <em>Bida’ Wa Akhtho’</em> hal.396<br />
</div>
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02222576436259423427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7025271824741868892.post-48650659543178050802012-08-06T12:16:00.000-07:002012-08-06T12:16:34.638-07:00Pengeras Suara Masjid<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTSLf_ZkQrpdM0zq7yQ8-q5DoxlGj7l1RbD2z7dWjxL58_mgd6jb7jwfddWbmOqY7r1BhKCiGQyuP_iOkt7ZlUaTo3xttdQW0gZNsLmwHhzEIXrawaML6-Mlg3mYoY1gEVvEtxWz5bc7xR/s1600/pengeras-suara-masjid-bisa-selembut-jazz-lounge.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTSLf_ZkQrpdM0zq7yQ8-q5DoxlGj7l1RbD2z7dWjxL58_mgd6jb7jwfddWbmOqY7r1BhKCiGQyuP_iOkt7ZlUaTo3xttdQW0gZNsLmwHhzEIXrawaML6-Mlg3mYoY1gEVvEtxWz5bc7xR/s320/pengeras-suara-masjid-bisa-selembut-jazz-lounge.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Dimana-mana terlebih di bulan Ramadhan, suara dari pengeras suara
masjid/musholla bergema dimana-mana. Tidak hanya pada saat adzan, tapi
juga sholat, tadarus qur’an, ceramah agama, zikir dan sebagainya juga
disuarakan melalui speaker luar dengan volume yang sangat keras dan
waktu yang lama serta tidak mengenal waktu (tengah malam, subuh). Apakah
ini memang salah satu cara untuk mensyiarkan Islam ataukah malah masuk
kategori mengganggu tetangga?</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span id="more-309"></span>
</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri. (QS. An Nisaa’ 4:36)</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata: “Rasulullah saw. bersabda:
Jibril senantiasa mewasiatkan kepadaku mengenai tetangga sampai aku
mengira bahwa dia akan menjadikan tetangga sebagai ahli waris. (Shahih
Muslim No.4757)</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
“Barangsiapa ingin disenangi Allah dan rasulNya hendaklah berbicara
jujur, menunaikan amanah dan tidak mengganggu tetangganya.” (HR.
Al-Baihaqi).</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Ditjen Bimas) Islam sendiri
sebenarnya sudah melihat hal ini sejak lama sehingga merasa perlu
mengeluarkan <strong>SK No. KEP/D/101/1978</strong> tentang <strong>Tuntunan Penggunaan Pengeras Suara di Masjid, Langgar dan Mushola</strong> tanggal <strong>17 Juli 1978</strong>. Namun demikian tampaknya masih banyak pengurus masjid/musholla yang belum menjalankannya.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Bagi yang berminat mendapatkan copy SK tersebut dalam file pdf (339 kb), silahkan </span><strong style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><a href="http://bimasislam.depag.go.id/data/dfiles/SK%20PENGERAS%20SUARA%20MASJID.PDF" target="_blank">download disini.</a></strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"> </strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"> </strong></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<h1>
<span style="font-size: large;">Pengeras suara masjid bisa selembut jazz lounge</span></h1>
<strong></strong></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Sekitar 800 ribu masjid yang berada di Indonesia, melakukan perbaikan
selama Ramadan, termasuk kualitas sound system. Hal ini dilakukan karena
seringnya kritikan terlontar dari beberapa pihak yang mengatakan suara
panggilan itu terlalu berisik, terlebih ketika waktu sahur tiba.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Menyikapi
hal itu, perusahaan lokal V8sound yang biasa memproduksi alat pengeras
suara, melakukan eksperimen untuk memperhalus suara sound system.
Hasilnya, Pengeras Suara Berkualitas Jazz Lounge berhasil dibuat.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Seperti
dilansir dari website dw.de, pengeras suara ini dapat menghasilkan
kualitas bunyi yang lebih halus, tidak mengakibatkan seseorang merasa
terganggu. </span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Pengeras suara ini berguna agar mesjid-mesjid di
Indonesia bisa punya kualitas suara dengan standar sebuah jazz lounge"
kata pendiri V8sound Harry Kisswoto, yang juga menjadi penasihat audio
di istana kepresidenan.</span><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><br style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;" /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Setelah diluncurkan perdana, respons
masyarakat terhadap kehadiran sound system ini bagus. Beberapa masjid di
kota besar juga telah mengganti peralatan pengeras suara yang lama
dengan buatan V8sound.</span><strong style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"> </span></strong></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02222576436259423427noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7025271824741868892.post-71951699335975878032012-08-06T12:07:00.002-07:002012-08-06T12:07:24.483-07:00Hukum Shalat Sunnat Tarawih Berjama’ah<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeUnwfrfy92OwPoIcOQ-881C1nhGK3O8hViJhiJ5mbIBp84gSgmJBZv_q8qjd5vhG0coGqtappZEPy09K-2Qv1rPkVsQD3bm_OY53GHUTWi7mlAaaqFcHQj9BfeNw9p_meeuF0RwlJ3u1I/s1600/taraweh.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="231" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeUnwfrfy92OwPoIcOQ-881C1nhGK3O8hViJhiJ5mbIBp84gSgmJBZv_q8qjd5vhG0coGqtappZEPy09K-2Qv1rPkVsQD3bm_OY53GHUTWi7mlAaaqFcHQj9BfeNw9p_meeuF0RwlJ3u1I/s320/taraweh.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Perbedaan pendapat tentang shalat tarawih di kalangan ulama tidak
hanya menyangkut jumlah raka’at-nya saja tapi juga tentang hukum
mengerjakannya yaitu apakah harus dikerjakan sendirian ataukah boleh
berjama’ah. Berkaitan dengan hal ini para ulama berselisih paham dan
masing-masing memiliki dasar yang dijadikan hujjah yaitu sebagai
berikut:</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span id="more-252"></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
1. Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i, kebanyakan sahabat Asy Syafi’i,
Imam Ahmad dan sebagian ulama Malikiyah berpendapat bahwa sholat sunnat
tarawih lebih utama dilakukan dengan berjama’ah di mesjid sebagaimana
telah dikerjakan dan diperintahkan Umar Ibnu Khaththab ra beserta para
sahabat yang lain.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Pendapat ini didasarkan atas hadits yang diriwayatkan Abu Daud dari Aisyah ra:</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
“Bahwasanya Nabi saw mengerjakan sholat (tarawih) di dalam mesjid,
maka bersholat pulalah dibelakangnya beberapa orang. Kemudian pada malam
berikutnya bersholat lagi Nabi, maka banyaklah orang-orang yang
mengikutinya. Di malam yang ketiga mereka berkumpul lagi, akan tetapi
Nabi tidak datang ke mesjid. Di pagi hari Nabi bersabda: ‘Saya telah
melihat apa yang telah kamu perbuat semalam. Tak ada yang menghalangi
saya ke mesjid pada malam itu, selain aku takut sholat itu (sunnat
tarawih itu) menjadi di fardukan atas kamu’.” (An-Nail dari Abu
Hurairah; 3 : 61)</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Diriwayatkan Al-Bukhari, Ibnu Khuzaimah dan Al-Baihaqi dari ‘Urwah:</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
“Telah dikabarkan kepadaku oleh Abdur Rahman Al Qarajji bahwasanya
Umar pada suatu malam keluar mengelilingi mesjid di bulan Ramadhan,
sedangkan isi mesjid berkelompok-kolompok. Ada yang sholat sendirian,
ada yang diikuti oleh beberapa orang. Melihat hal itu Umar berkata:
‘Demi Allah, saya pikir lebih baik kita mengumpulkan orang-orang ini
untuk seorang imam (di imami oleh seorang imam)’. Sesudah itu beliau
menyuruh Ubay ibn Ka’ab supaya meng-imami mereka dalam sholat malam di
bulan Ramadhan. Maka pada suatu malam beliau datang dan orang-orang
sedang sholat di-imami Ubay ibn Ka’ab. Melihat itu Umar berkata: ‘Inilah
sebaik-baik bid’ah’.” (HR. Bukhari, Ibnu Chuzaimah dan Al-Baihaqi;
Subulus Salam 2 : 10).</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Atas dasar hadits-hadsits itulah kemudian Imam Syafi’i, jumhur
asbab-nya, Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad dan sebagian ulama Malikyiah
menyatakan bahwa lebih afdol sholat tarawih dilakukan secara berjamaah
di mesjid. Sebagian ulama menetapkan bahwa kita tidak boleh mengosongkan
mesjid dari qiyam ramadhan, sehingga menurut mereka qiyam ramadhan
merupakan satu fardhu kifayah.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
2. Imam Malik, Abu Jusuf dan sebagian dari pengikut Imam Syafi’i
berpendapat bahwa lebih utama sholat sunnat tarawih dikerjakan di rumah
masing-masing. Alasan mereka adalah nabi mengerjakannya terus-menerus
sendiri tiap malam, kecuali hanya beberapa malam yang dikerjakan
berjama’ah. Abu Bakar juga mengerjakan sendirian. Baru pada masa
kekhalifahan Umar sholat tarawih dijama’ahkan yaitu pada tahun 14
Hijriah. Diantara yang mengutamakan dikerjakan sendiri adalah Alqamah
dan An Nakha’iy. Selain itu mereka juga mendasarkan pada hadits berikut:</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
“Seutama-utamanya sholat ialah sholat seseorang yang dikerjakan di
rumahnya kecuali sholat fardhu”. (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibn Umar;
An Nail 3 : 60)</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
3. Golongan ahlul bait (mazhab syi’ah) berpendapat bahwa karena tidak
ada hadits yang bisa dijadikan pegangan yang kuat bahwa nabi saw
mengerjakan tarawih secara berjama’ah maka mengerjakan sholat sunnat
tarawih dengan berjama’ah hukumnya bid’ah.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Dengan penjelasan-penjelasan di atas semoga kita bisa maklum atas
perbedaan yang masih muncul hingga saat ini. Sampai kapanpun perbedaan
ini tampaknya akan sulit untuk dipertemukan karena masing-masing pihak
yakin atas nash yang dijadikan pegangan. Silahkan menggunakan pilihan
berdasarkan keyakinan anda tanpa harus menyalahkan pihak lain sehingga
menganggap diri sendirilah yang paling benar dan pihak lain yang berbeda
dengan kita adalah pihak yang salah. Rasanya inilah tindakan yang bijak
dari kita sebagai umat muslim.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<h1 id="site-title">
<span style="font-size: small;"><a href="http://fnoor.wordpress.com/" rel="home" title="Fir's Weblog">Fir's Weblog</a></span></h1>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02222576436259423427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7025271824741868892.post-43579518095492423892012-08-06T12:00:00.001-07:002012-08-06T12:00:09.062-07:00Jumlah Raka’at dalam Shalat Tarawih<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeUnwfrfy92OwPoIcOQ-881C1nhGK3O8hViJhiJ5mbIBp84gSgmJBZv_q8qjd5vhG0coGqtappZEPy09K-2Qv1rPkVsQD3bm_OY53GHUTWi7mlAaaqFcHQj9BfeNw9p_meeuF0RwlJ3u1I/s1600/taraweh.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="230" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeUnwfrfy92OwPoIcOQ-881C1nhGK3O8hViJhiJ5mbIBp84gSgmJBZv_q8qjd5vhG0coGqtappZEPy09K-2Qv1rPkVsQD3bm_OY53GHUTWi7mlAaaqFcHQj9BfeNw9p_meeuF0RwlJ3u1I/s320/taraweh.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Salah satu ibadah sunnah yang dianjurkan selama bulan ramadhan adalah
melaksanakan sholat tarawih. Kalau kita perhatikan di berbagai masjid,
jumlah rakaat sholat tarawih ini bermacam-macam. Ada yang 11, 13, 21
atau 23 rakaat (termasuk witir). Sebenarnya berapa rakaat tarawih yang
diajarkan Rasulullah SAW?</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span id="more-154"></span>
</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<strong>Hadits Rakaat Tarawih 11 atau 20: Hadits Palsu</strong></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Tidak ada satu pun hadits yang shahih dan sharih (eksplisit) yang
menyebutkan jumlah rakaat shalat tarawih yang dilakukan oleh
Rasululullah SAW. Kalau pun ada yang mengatakan 11 rakaat, 13 rakaat, 21
atau 23 rakaat, semua tidak didasarkan pada hadits yang tegas. Semua
angka-angka itu hanyalah tafsir semata. Tidak ada hadits yang secara
tegas menyebutkan angka rakaatnya secara pasti.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Al-Ustadz Ali Mustafa Ya’qub, MA, muhaddits besar Indonesia di bidang
ilmu hadits, menerangkan bahwa tidak ada satu pun hadits yang
derajatnya mencapai shahih tentang jumlah rakaat shalat tarawih yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW. Kalau pun ada yang shahih derajatnya,
namun dari segi istidlalnya tidak menyebutkan jumlah rakaat shalat
tarawih. Di antara hadits palsu tentang jumlah rakaat tarawih Rasulullah
SAW adalah hadits berikut ini:</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Dari Ibn Abbas, ia berkata, “Nabi SAW melakukan shalat pada bulan Ramadhan dua puluh rakaat dan witir”. (Hadits Palsu)</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Hadis ini diriwayatkan Imam al-Thabrani dalam kitabnya al-Mu‘jam
al-Kabir. Dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama Abu Syaibah Ibrahim
bin Utsman yang menurut Imam al-Tirmidzi, hadits-haditsnya adalah
munkar. Imam al-Nasa‘i mengatakan hadis-hadis Abu Syaibah adalah matruk.
Imam Syu‘bah mengatakan Ibrahim bin Utsman adalah pendusta. Oleh
karenanya hadis shalat tarawih dua puluh rakaat ini nilainya maudhu’
(palsu) atau minimal matruk (semi palsu).</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Demikian juga hadits yang menyebutkan bahwa jumlah rakaat tarawih
Rasulullah SAW adalah 8 rakaat. Hadits itu juga palsu dan dusta.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
“Rasulullah SAW melakukan shalat pada bulan Ramadhan sebanyak delapan rakaat dan witir”. (Hadits Matruk)</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Hadis ini diriwayatkan Ja‘far bin Humaid sebagaimana dikutip kembali
lengkap dengan sanadnya oleh al-Dzahabi dalam kitabnya Mizan al-I‘tidal
dan Imam Ibn Hibban dalam kitabnya Shahih Ibn Hibban dari Jabir bin
Abdullah. Dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama ‘Isa bin Jariyah
yang menurut Imam Ibnu Ma‘in, adalah munkar al-Hadis (Hadis-hadisnya
munkar).</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Sedangkan menurut Imam al-Nasa‘i, ‘Isa bin Jariyah adalah matruk
(pendusta). Karenanya, hadis shalat tarawih delapan rakaat adalah hadis
matruk (semi palsu) lantaran rawinya pendusta.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Jadi bila disandarkan pada kedua hadits di atas, keduanya bukan dalil
yang bisa dijadikan pegangan bahwa nabi SAW shalat tarawi 8 rakaat atau
20 rakaat dalam shalat tarawih.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<strong>Hadits Rakaat Shalat Malam atau Rakaat Shalat Tarawih?</strong></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Sedangkan hadits yang derajatnya sampai kepada keshahihan, hanyalah
hadits tentang shalat malam yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, dimana
Aisyah meriwayatkan secara shahih bahwa shalat malam yang dilakukan oleh
beliau SAW hanya 11 rakaat.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Dari Ai’syah ra, “Sesungguhnya Nabi SAW tidak menambah di dalam bulan
Ramadhan dan tidak pula mengurangkannya dari 11 rakaat. Beliau
melakukan sholat 4 rakaat dan janganlah engkau tanya mengenai betapa
baik dan panjangnya, kemudian beliau akan kembali sholat 4 rakaat dan
jangan engkau tanyakan kembali mengenai betapa baik dan panjangnya,
kemudian setelah itu beliau melakukan sholat 3 rakaat. Dan beliau
berkata kepadanya (Ai’syah), “Dia melakukan sholat 4 rakaat, ” tidak
bertentangan dengan yang melakukan salam setiap 2 rakaat. Dan Nabi SAW
bersabda, “Sholat di malam hari 2 rakaat 2 rakaat.” Dan dia (Ai’syah),
“Dia melakukan sholat 3 rakaat” atau ini mempunyai makna melakukan witir
dengan 1 rakaat dan 2 rakaat. (HR Bukhari).</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Tetapi di dalam hadits shahih ini, Aisyah ra sama sekali tidak secara
tegas mengatakan bahwa 11 rakaat itu adalah jumlah rakaat shalat
tarawih. Yang berkesimpulan demikian adalah para ulama yang membuat <strong>tafsiran subjektif</strong>
dan tentunya mendukung pendapat yang mengatakan shalat tarawih itu 11
rakaat. Mereka beranggapan bahwa shalat yang dilakukan oleh Rasulullah
SAW adalah shalat tarawih.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Karena itulah maka hadis diatas tidak bisa dijadikan dalil yang menunjukkan Nabi melakukan sholat tarawih sebanyak 11 raka’at. Imam al-Nawawi
menyatakan bahwa hadis diatas merujuk pada sholat witir, demikian juga
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam fath al-Bari berpendapat sama.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<strong>Pendukung 20 Rakaat</strong></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Sedangkan menurut ulama lain yang mendukung jumlah 20 rakaat, jumlah
11 rakaat yang dilakukan oleh Rasulullah SAW tidak bisa dijadikan dasar
tentang jumlah rakaat shalat tarawih karena shalat tarawih tidak pernah
dilakukan oleh Rasulullah SAW kecuali hanya 2 atau 3 kali saja. Dan itu
pun dilakukan di masjid, bukan di rumah. Bagaimana mungkin Aisyah ra
meriwayatkan hadits tentang shalat tarawih beliau SAW? Lagi pula,
istilah shalat tarawih juga belum dikenal di masa beliau SAW. Pada masa
Umar bin Khattab, karena orang berbeda-beda, sebagian ada yang shalat
dan ada yang tidak shalat, maka Umar ingin agar umat Islam nampak
seragam, lalu disuruhlah agar umat Islam berjamaah di masjid dengan
shalat berjamah dengan imam Ubay bin Ka’b. Itulah yang kemudian populer
dengan sebutan shalat tarawih, artinya istirahat, karena mereka
melakukan istirahat setiap selesai melakukan shalat 4 rakaat dengan dua
salam.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Bagi para ulama itu, apa yang disebutkan oleh Aisyah bukanlah jumlah
rakaat shalat tarawih, melainkan shalat malam (qiyamullail) yang
dilakukan di dalam rumah beliau sendiri. Apalagi dalam riwayat yang
lain, hadits itu secara tegas menyebutkan bahwa itu adalah jumlah rakaat
shalat malam beliau, baik di dalam bulan Ramadhan dan juga di luar
bulan Ramadhan.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Maka dengan demikian, keadaan menjadi jelas mengapa di dalam tubuh
umat Islam masih ada perbedaan pendapat tentang jumlah rakaat tarawih
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Dan menarik, para ulama besar
dunia sangat bersikap toleran dalam masalah ini.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<strong>Toleransi Jumlah Bilangan Rakaat</strong></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Dengan tidak adanya satu pun hadits shahih yang secara tegas
menetapkan jumlah rakaat tarawih Rasulullah SAW, maka para ulama berbeda
pendapat tentang jumlahnya. Ada yang 8 rakaat, 11 rakaat, 13 rakaat, 20
rakaat, 23 rakaat, bahkan 36 rakaat. Dan semua punya dalil
sendiri-sendiri yang sulit untuk dipatahkan begitu saja.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Yang menarik, para ulama di masa lalu tidak pernah saling mencaci
atau menjelekkan meski berbeda pendapat tentang jumah rakaat shalat
tarawih.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menyebutkan perbedaan riwayat mengenai
jumlah rakaat yang dilakukan pada saat itu: ada yang mengatakan 13
rakaat, ada yang mengatakan 21 rakaat, ada yang mengatakan 23 rakaat.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Sheikh al-Islam Ibn Taymiyah berpendapat, “Jika seseorang melakukan
sholat tarawih sebagaimana mazhab Abu Hanifah, As-Syafi’i dan Ahmad
yaitu 20 rakaat atau sebagaimana Mazhab Malik yaitu 36 rakaat, atau 13
rakaat, atau 11 rakaat, maka itu yang terbaik. Ini sebagaimana Imam
Ahmad berkata, Karena tidak ada apa yang dinyatakan dengan jumlah, maka
lebih atau kurangnya jumlah rakaat tergantung pada berapa panjang atau
pendek qiamnya.”(Kitab Al-Ikhtiyaaraat halaman 64).</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Demikian juga dengan Mufti Saudi Arabia di masa lalu, Al-’allaamah
Sheikh Abdulah bin Baaz ketika ditanya tentang jumlah rakaat tarawih,
termasuk yang mendukung shalat tarawih 11 atau 13 rakaat, namun beliau
tidak menyalahkan mereka yang meyakini bahwa yang dalilnya kuat adalah
yang 20 rakaat. Beliau rahimahullah berkata, “Sholat Tarawih 11 rakaat
atau 13 rakaat, melakukan salam pada setiap 2 rakaat dan 1 rakaat witir
adalah afdal, meniru cara Nabi SAW. Dan, siapa pula yang sholatnya 20
rakaat atau lebih maka juga tidak salah.”</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Dan di kedua masjid besar dunia, Masjid Al-Haram Makkah dan masjid
An-Nabawi Madinah, sejak dahulu para ulama dan umat Islam disana shalat
tarawih 20 rakaat dan 3 rakaat witir. Dan itu berlangsung sampai hari
ini, meski mufti negara punya pendapat yang berbeda. Namun mereka tetap
harmonis tanpa ada saling caci.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Inti dari semuanya, sholat qiyam ramadhan atau populernya tarawih itu
tidak dibatasi jumlah raka’atnya, boleh 8, boleh 11, 20 sampai tak
hingga. Semakin banyak sholat sunnah dimalam-malam bulan Ramadhan tentu
lebih baik dalam hal ibadah, asalkan tetap mengacu pada kemampuan diri,
jika kita sanggupnya 8 ya 8 saja, jika sanggup 100 raka’at ya lakukan
100 raka’at. Jangan pernah memaksa diri karena tubuh juga ada hak untuk
beristirahat. Secara logika, sholat ini adalah sholat sunnah, namanya
sholat sunnah yaitu sebagai sholat tambahan, boleh dikerjakan dan boleh
ditinggalkan, sebagai sholat yang tidak diwajibkan, maka logikanya lagi
pasti tidak ada pembebanan dalam melaksanakannya, bisa dilakukan
berdasarkan keikhlasan dan kesanggupan masing-masing orang, sebab
manakala sesuatu itu menjadi beban, maka saat itu juga dia berlawanan
dengan prinsip Islam sendiri yang mengedepankan “mudahkan urusan orang,
jangan dipersulit” serta doktrin “Tuhan tidak akan membebani hal diluar
kesanggupan umatnya” dan “Tidak ada paksaan dalam beragama”. Bahkan
untuk sholat wajib saja ada banyak sekali kemudahan yang bisa kita
peroleh, apalagi sholat sunnah.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
—–</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Referensi : <a href="http://www.eramuslim.com/ustadz/shl/7823093507-sholat-tarawih-11-atau-23-rakaat.htm" target="_blank">Eramuslim</a>, <a href="http://groups.google.com/group/Milis_Iqra/browse_thread/thread/c29cdc6bddbae3cb#" target="_blank">Milis Iqra</a></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02222576436259423427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7025271824741868892.post-48871327543481561472012-08-06T11:50:00.000-07:002012-08-06T11:50:04.947-07:00Menggugat Sidang Isbath 2012<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEUfREvZc_3bymqeJWb7PSejL1sJEAqYrmZhWdUiI87Y2r1lhnfsZ9suORXAte7VyMmUTperZ67BQvfTsvTSsFCJlcXNxFrhaoU9RvzgGrJf5z53j7x2MfKF2vV5H7h1-f335LrYWkNhOK/s1600/foto20120719211024-news.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEUfREvZc_3bymqeJWb7PSejL1sJEAqYrmZhWdUiI87Y2r1lhnfsZ9suORXAte7VyMmUTperZ67BQvfTsvTSsFCJlcXNxFrhaoU9RvzgGrJf5z53j7x2MfKF2vV5H7h1-f335LrYWkNhOK/s320/foto20120719211024-news.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Sebagaimana biasa setiap tahun selalu diadakan sidang isbath untuk
penentuan awal Ramadhan, awal Syawal dan 10 Dzulhijjah. Sejumlah tokoh
dan ormas Islam hadir dalam sidang ini seperti perwakilan dari BMKG,
perwakilan dari Persis, HTI, PBNU dan lembaga Islam seperti MUI, Dewan
Masjid Indonesia, Badan Hisab Rukyat, dan ICMI. Keputusan dari sidang
ini akan dijadikan pegangan oleh umat Islam Indonesia dalam menjalankan
ibadah puasa Ramadhan, hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span id="more-518"></span>
</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Pada sidang isbath kali ini (19 Juli 2012) cukup menarik karena untuk
pertama kalinya tidak dihadiri oleh ormas besar Muhammadiyah.
Muhammadiyah yang menggunakan metode hisab (perhitungan)
dalam menentukan awal bulan merasa tidak perlu lagi menghadiri rapat
isbath karena alasan keyakinan yang tidak boleh diintervensi oleh
pemerintah. “Jadi untuk tahun-tahun yang akan datang Muhammadiyah juga
tidak boleh diintervensi dan menyatakan tidak ikut sidang itu (isbath),”
kata Din Syamsuddin, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, di
Jakarta, <a href="http://nasional.kompas.com/read/2012/07/19/1328502/Muhammadiyah.Pastikan.Tak.Ikut.Sidang.Isbath" target="_blank">Kamis (19/7/2012)</a>.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<img alt="" src="http://fazar.wordpress.com/wp-includes/js/tinymce/plugins/wordpress/img/trans.gif?m=1207340914g" title="More..." /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Hal menarik lainnya dari sidang isbath kali ini adalah diabaikannya
penglihatan hilal dengan metode rukyat oleh saksi-saksi dari Front
Pembela Islam (FPI) dan An-Najat Al-Islamiyah. Padahal mereka menjadi
saksi dibawah sumpah Kementerian Agama. Pendapat mengenai melihat hilal
ini diragukan dan dinilai lemah oleh Ketua Lanjah Falakiyah PBNU KH
Ghozali Masruri dalam sidang isbath tersebut dengan alasan tidak
mungkin melihat hilal di Cakung pukul 17.53 WIB karena di Jakarta pukul
17.53 WIB itu belum masuk waktu magrib. Ghozali juga menyebut kondisi
Jakarta pada sore itu dalam keadaan mendung sehingga mustahil hilal
bisa terlihat. Namun dalam wawancara dengan TVOne (20 Juli 2012) salah
seorang saksi yang melihat hilal yaitu Nabil Jamhari membantah
pernyataan Ghozali Masruri tersebut. Nabil menyatakan bahwa pada saat
itu kondisi langit cerah dan sangat memungkinkan melihat hilal. Para
saksi ini secara rutin melakukan latihan melihat hilal setiap bulannya
sehingga kompetensi mereka tidak perlu diragukan. Mengenai jam melihat
hilal yang dikatakan belum masuk waktu maghrib juga dibantah Nabil. Ia
mengatakan bahwa jam maghrib yang digunakan Ghozali adalah berdasarkan
metode hisab yang waktunya dalam penanggalan yang dicetak memang sengaja
dilambatkan 2 menit. Jada pada hari itu waktu magrib di Jakarta
sebenarnya adalah jam 17.51 WIB. Nabil sendiri melihat hilal pada jam
17.54 WIB.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Saat zaman Rasulullah SAW ketika ada seseorang yang melaporkan sudah
melihat hilal maka proses berikutnya tidak seperti yang kita lihat tempo
hari pada sidang isbath yang tidak berusaha menggali informasi lebih
lanjut tapi malah prejudice dan cenderung menyalahkan. Rasulullah SAW
memberikan contoh dengan langsung mengambil sumpah atas dasar kesaksian
tersebut dan memerintahkan kaum Muslimin untuk melaksanakan puasa
Ramadhan atau menetapkan 1 Syawal Idul Fitri. Dalam tuntunan Rasulullah
SAW siapapun yang melihat hilal dan setelah disumpah kesaksiannya maka
yang lain tinggal mengikuti. Jadi bukan pada banyaknya saksi yang
melihat dan bukan pula pada ormas besar atau kecil yang melihatnya lalu
keputusan diambil.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah untuk apalagi ada sidang
isbath jika kesaksian dibawah sumpah tidak diakui? Tuntunan mana
sebenarnya yang digunakan oleh para peserta sidang isbath tersebut?
Tidak aneh jika Din Syamsudin menilai sidang isbat yang digelar
Pemerintah hanya basa-basi karena pemerintah tidak mengakomodasi
aspirasi-aspirasi dari ormas keagamaan yang ada. Pemerintah dalam sidang
isbath hanya menentukan keputusan secara sepihak. Dari kejadian ini
sudah selayaknya Pemerintah dan unsur-unsur ormas Islam agar segera
mencarikan jalan keluar terbaik untuk mencari titik temu antara metode
hisab dan rukyat serta juga agar penolakan saksi seperti yang terjadi
pada sidang isbath 19 Juli 2012 lalu tidak terulang kembali di kemudian
hari.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
sumber: <span style="font-size: small;"><a href="http://fnoor.wordpress.com/" rel="home" title="Fir's Weblog">Fir's Weblog</a></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02222576436259423427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7025271824741868892.post-16744825121759994942012-08-06T11:19:00.004-07:002012-08-06T11:19:51.121-07:00Al-Quran Turun Pada Malam Lailatul Qadr ? atau Malam ‘Nuzulul Quran’ 17 Ramadhan ?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0U_u2oyHX_nUM3g-V2iK8zYWR-IwmpL3XLiYT36ZhW4OTXy2bDAP4jkyLJqrEQNFedmcehmOlo2V2LbFw5pTA8llShLjxXxptgpKYUeNiMlEa0cKfYYJbW_ESJD3a73C1rPgd87omPpnh/s1600/nuzulul+quran.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0U_u2oyHX_nUM3g-V2iK8zYWR-IwmpL3XLiYT36ZhW4OTXy2bDAP4jkyLJqrEQNFedmcehmOlo2V2LbFw5pTA8llShLjxXxptgpKYUeNiMlEa0cKfYYJbW_ESJD3a73C1rPgd87omPpnh/s1600/nuzulul+quran.jpg" /></a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="color: black;">Ketika memasuki malam yang ke 17 di
bulan Ramadhan sebagian kaum muslimin dan masjid-masjid mulai diadakan
peringatan turunnya al-Quran pertama kali yang disebut malam peringatan <span style="color: red;"><strong>Nuzulul Quran</strong></span><a href="http://moslemsunnah.wordpress.com/2012/08/04/al-quran-turun-pada-malam-lailatul-qadr-bukan-malam-nuzulul-quran-17-ramadhan-penting/">.</a> Hal ini juga ‘terkesan’ dikuatkan dengan <strong>catatan kaki dalam “Al-Quran dan Terjemahnya”</strong> surat <strong>Adh-Dhukhan ayat 3</strong>.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="color: black;"> </span>
</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-size: large;">إِنَّآ أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="color: black;">Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi<span style="color: red;"><strong>[1369]</strong> </span>dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span id="more-10556"></span></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="background-color: yellow; color: black;"><span style="color: red;"><strong>[1369]</strong></span> malam yang diberkahi ialah malam Al Quran pertama kali diturunkan. di Indonesia umumnya dianggap jatuh pada tanggal 17 Ramadhan<a href="http://moslemsunnah.wordpress.com/2012/08/04/al-quran-turun-pada-malam-lailatul-qadr-bukan-malam-nuzulul-quran-17-ramadhan-penting/">.</a></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="color: black;">Keyakinan ini bertentangan dengan firman Allah subhanahu wa ta’alaa dalam surat al-Qadr ayat pertama:</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-size: large;">إِ نَّآ أَنْزَلْنَهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="color: black;">“Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan<span style="color: red;"><strong>[1593]</strong></span>.”</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="background-color: yellow; color: black;"><span style="color: red;"><strong>[1593]</strong></span>
Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul
Qadr yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, Karena pada
malam itu permulaan Turunnya Al Quran. </span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="color: black;">Ayat diatas dengan jelas bahwa al-Quran
diturunkan pada malam kemulian (Lailatul Qadar) dan juga Terlihat jelas
bahwa catatan kaki untuk ayat di atas dalam “al-Quran dan Terjemahnya”
juga menjelaskan bahwa malam permulaan turunnya al-Quran adalah pada
malam tersebut. Sekarang yang menjadi pertanyaan, kapan terjadinya malam
Lailatul Qadar, malam dimana al-Quran itu turun ? apakah benar pada 17
Ramadhan seperti yang selama ini oleh sebagian kaum muslimin Indonesia
mempertingatinya ?</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="color: black;">Nabi shallahu’alaihi wa sallam pernah
mengabarkan kepada kita tentang kapan akan datangnya malam Lailatul
Qadar. Beliau pernah bersabda:</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="background-color: yellow; color: black;">“Carilah malam <strong>Lailatul Qadar</strong> <strong>di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir</strong> bulan Ramadhan” (Hadits Riwayat Bukhari 4/225 dan Muslim 1169)</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="color: black;">Beliau shallahu’alaihi wa sallam juga bersabda:</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="background-color: yellow; color: black;">“<strong>Berusahalah untuk mencarinya pada sepuluh hari terakhir</strong>, apabila kalian lemah atau kurang fit, maka jangan sampai engkau lengah pada tujuh hari terakhir” (Riwayat Bukhori dan Muslim)</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="color: black;">Dengan demikian telah jelas bahwa lailatul qadar terjadi pada <strong>sepuluh malam terakhir</strong> bulan Ramadhan yaitu<strong> pada malam-malam ganjilnya 21, 23, 25, 27 atau 29</strong>. Maka gugurlah keyakinan sebagian kaum muslimin yang menyatakan bahwa turunya al-Quran pertama kali pada tanggal <strong>17 Ramadhan.</strong></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="color: black;">Jika ada yang berargumen, “Tanggal 17
Ramadhan yang dimaksud adalah turunnya al-Quran ayat pertama ke dunia
kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam yaitu surat al-‘Alaq ayat 1-5,
sedangkan Lailatul qadar pada surat al-Qadar adalah turunnya al-Quran
seluruhnya dari lauhul mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia !!?”.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="color: black;"><strong>Maka jawabnya:</strong> Benar,
bahwa turunnya al-Quran yaitu pada Lailatul qadar seperti yang tertuang
dalam surat al-Qadar adalah turunnya al-Quran dari Lauhul Mahfudz ke
Baitul Izzah di langit dunia, dan setelah itu al-Quran diturunkan secara
bertahap selama 23 tahun. Seperti perkataan Ibnu Abbas
radliyallahu’anhu dan yang lainnya ketika menafsirkan QS. Ad-Dukhon ayat
3:</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="background-color: yellow; color: black;">“Allah menurunkan <strong>al-Quran sekaligus daru Lauh Mahfudz ke baitul izzah</strong>
(rumah kemuliaan) di langit dunia kemudian Allah menurunkannya secara
berangsur-angsur sesuai dengan berbagai peristiwa selama 23 tahun kepada
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam<a href="http://moslemsunnah.wordpress.com/2012/08/04/al-quran-turun-pada-malam-lailatul-qadr-bukan-malam-nuzulul-quran-17-ramadhan-penting/">.</a>” <strong>(Tafsir Ibnu Katsir 8/441) </strong></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="color: black;">Tetapi apakah ini menjadikan bahwa benar
nya pendapat bahwa turunnya ayat pertama (QS. Al-‘Alaq: 1-5) kepada
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam adalah 17 Ramadhan ?? mari kita simak
pembahasan dibawah ini.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="color: black;"><strong>Pendapat Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarokfury di Kitab Sirohnya (tentang) Kapan Awal Permulaan Wahyu.</strong></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="color: black;">Dalam kitab siroh beliau, beliau
menjelaskan bahwa memang ada perbedaan pendapat diantara pakar sejarah
tentang kapan awal mula turunnya wahyu, yaitu turunnya surat Al-Alaq:
1-5. Beliau menguatkan pendapat yang menyatakan pada tanggal 21. Beliau
mengatakan:</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="background-color: yellow; color: black;">“Kami menguatkan pendapat yang menyatakan pada<strong> tanggal 21</strong>,
sekalipun kami tidak melihat orang yang menguatkan pendapat ini. Sebab
semua pakar biografi atau setidak-tidaknya mayoritas di antara mereka
sepakat bahwa beliau diangkat menjadi Rasul pada <strong>hari senin</strong>,
hal ini diperkuat oleh riwayat para imam hadits, dari Abu Qotadah
radliyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah
ditanya tentang puasa hari senin. Maka beliau menjawab,</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="background-color: yellow; color: black;">“Pada hari inilah aku dilahirkan dan pada hari ini pula turun wahyu (yang pertama) kepadaku.”</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="background-color: yellow; color: black;">Dalam lafdz lain
disebutkan, “Itulah hari aku dilahirkan dan pada hari itu pula aku
diutus sebagai rasul atau turun wahyu kepadaku”</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="background-color: yellow; color: black;">(Lihat shahih Muslim 1/368; Ahmad 5/299, Al-Baihaqi 4/286-300, Al-Hakim 2/602).</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="background-color: yellow; color: black;"><strong>Hari senin dari bulan Ramadhan</strong> pada tahun itu adalah jatuh pada tanggal <strong>7, 14, 21, dan 28</strong>. Beberapa riwayat yang shahih telah menunjukkan bahwa Lailatul Qodar tidak jatuh kecuali pada <strong>malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan</strong>.
Jadi jika kami membandingkan antara firman Allah, “Sesungguhnya Kami
menurunkannya (Al-Quran) pada Lailatul Qodar”, dengan riwayat Abu
Qotadah, bahwa diutusnya beliau sebagai rasul jatuh pada hari senin,
serta berdasarkan penelitian ilmiah tentang jatuhnya hari senin dari
bulan Ramadhan pada tahun itu, maka jelaslah bagi kami bahwa diutusnya
beliau sebagai rasul jatuh <strong>pada malam tanggal 21 dari Bulan Ramadhan</strong>.
(Lihat Kitab Siroh Nabawiyyah oleh Syaikh Shafiyyurrahman
al-Mubarokfury Bab Di Bawah Naungan Nubuwah, hal. 58 pustaka al-Kautsar)</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="color: black;">Maka jelaslah bahwa pendapat kapan
al-Quran turun, baik al-Quran turun dari Baitul Izzah ke langit dunia
atau dari langit dunia ke Rasulullah keduanya saling melengkapi, dan
bukan terjadi di 17 Ramadhan. Wallahu’alam.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="color: black;"><strong>Yang bisa dipetik dari pembahasan di atas:</strong></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<ol style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<li><span style="color: black;">Al-Quran diturunkan pada malam
lailatul qadar bukan pada malam yang dikenal dengan malam ‘Nuzulul
Quran’ yang bertepatan pada tanggal 17 Ramadhan. </span></li>
<li><span style="color: black;">Lebih khusus lagi bahwa turunnya
wahyu kepada Rasulullah shalallallahu’alaihi wa sallam yang pertama
adalah 21 Ramadhan, seperti pendapat syaikh Shafiyyurahman.</span></li>
<li><span style="color: black;">Peringatan Nuzulul Quran 17 Ramadhan
dengan dzikir tertentu dan bentuk pengajian khusus adalah bentuk
peringatan yang tidak pernah ada landasannya dari al-Quran dan Hadist
Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam, sehingga termasuk dalam perkara
bid’ah </span></li>
<li><span style="color: black;">Lailatul qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir yang ganjil dibulan Ramadhan.</span></li>
<li><span style="color: black;">Peringatan lailatul qadar pada malam
27 Ramadhan (atau malam ganjil lainnya) dengan suatu pengajian khusus
juga merupakan bid’ah karena Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam tidak
pernah memperingatinya melainkan beliau shallahu’alahi wa sallam
menghidupkan malam tersebut dengan qiyamul lail dan memperbanyak doa.</span></li>
<li><span style="color: black;">Himbauan kepada para penanggung jawab
“al-Quran dan Terjemahnya” agar meluruskan catatan kaki atau
takwil-takwil dari ayat suci al-Quran yang hanya merupakan
anggapan-anggapan yang tidak berdalil atau bahkan tafsiran/takwil yang
bathil.</span></li>
</ol>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="color: black;"><strong>Referensi</strong></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="color: black;">1. Ustadz Aunur Rofiq. Nuzulul Quran pada bulan Romadhon. Majalah al-Furqon Edisi 84, th ke-8 1429/ 2008</span><br />
<span style="color: black;">2. Abu Musa al-Atsari. Lailatul Qadar Malam
Kemulian. Majalah adz-Dzakiroh Edisi 43, Edisi Khusus Ramadhan-Syawal,
Vol 8, No.1 1429 H</span><br />
<span style="color: black;">3. Al-Quran dan Terjemahnya</span><br />
<span style="color: black;"> 4. Siroh Nabawiyah, oleh Syaikh Shafiyyurahman al-Mubarokfury</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: left;">
<span style="color: black;">Artikel: <span style="color: black;">Maramissetiawan.Wordpress.com</span> publish kembali oleh Moslemsunnah.Wordpress.com dan moslemshares.blogspot.com</span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02222576436259423427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7025271824741868892.post-90242674478740424142012-08-06T11:05:00.001-07:002012-08-06T11:05:34.080-07:00Pemahaman Sahabat Nabi, Sumber Kebenaran<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5VYXb1QF6TPkDSBOuL6MAk4HnwaUC9XToi4myCBObFAs86kivFIK55GWYnVzEA4Y6QAZ5bru5P__NX2VS_ENjaHT_6oHdENX-qabtq_2qJtiKsEiQBOa4hfoyQ6RTrtgw9pfbHZOPMRf_/s1600/ilustrasi-_sahabat+rasulullah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="188" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5VYXb1QF6TPkDSBOuL6MAk4HnwaUC9XToi4myCBObFAs86kivFIK55GWYnVzEA4Y6QAZ5bru5P__NX2VS_ENjaHT_6oHdENX-qabtq_2qJtiKsEiQBOa4hfoyQ6RTrtgw9pfbHZOPMRf_/s320/ilustrasi-_sahabat+rasulullah.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Kebenaran hanya milik Allah. Namun kebenaran bukanlah suatu hal yang semu dan relatif. Karena Allah <em>Ta’ala </em>telah menjelaskan kebenaran kepada manusia melalui Al Qur’an dan bimbingan Nabi-Nya <em>Shallallahu’alaihi Wa</em><em> sallam</em>.
Tentu kita wajib menyakini bahwa kalam ilahi yang termaktub dalam Al
Qur’an adalah memiliki nilai kebenaran mutlak. Lalu siapakah orang yang
paling memahami Al Qur’an? Tanpa ragu, jawabnya adalah Rasulullah <em>Shallallahu’alaihi Wa</em><em> sallam</em>. Dengan kata lain, Al Qur’an sesuai pemahaman Rasulullah <em>Shallallahu’alaihi Wa</em><em> sallam</em> dan sabda-sabda <em>Shallallahu’alaihi Wa</em><em> sallam </em>itu sendiri keduanya adalah sumber kebenaran.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Yang menjadi masalah sekarang, mengapa
ketika semua kelompok dan jama’ah mengaku telah berpedoman pada Al
Qur’an dan Hadits, mereka masih berbeda keyakinan, berpecah-belah dan
masing-masing mengklaim kebenaran pada dirinya? Setidaknya ini
menunjukkan Al Qur’an dan sabda Rasulullah <em>Shallallahu’alaihi Wasallam</em>
ternyata dapat ditafsirkan secara beragam, dipahami berbeda-beda oleh
masing-masing individu. Jika demikian maka pertanyaannya adalah,
siapakah sebetulnya di dunia ini yang paling memahami Al Qur’an serta
sabda-sabda Rasulullah <em>Shallallahu</em><em> ‘alaihi Wa</em><em> sallam</em>? Jawabnya, merekalah para sahabat Nabi <em>radhi’allahu ‘anhum ajma’in</em>.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<strong>Pengertian Sahabat Nabi</strong></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Yang dimaksud dengan istilah ‘sahabat Nabi’ adalah “Orang yang melihat Rasulullah <em>Shallallahu</em><em> ‘alaihi Wa</em><em> sallam </em>dalam keadaan Islam, yang meriwayatkan sabda Nabi. Meskipun ia bertemu Rasulullah <em>Shallallahu</em><em> ‘alaihi Wa</em><em> sallam</em> tidak dalam tempo yang lama, atau Rasulullah <em>Shallallahu</em><em> ‘alaihi Wa</em><em> sallam</em> belum pernah melihat ia sama sekali” [1]</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Empat sahabat Nabi yang paling utama adalah Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin ‘Affan dan ‘Ali bin Abi Thalib <em>radhiallahu’ahum ajma’in</em>.
Tentang jumlah orang yang tergolong sahabat Nabi, Abu Zur’ah Ar Razi
menjelaskan, “Empat puluh ribu orang sahabat Nabi ikut berhaji wada
bersama Rasulullah <em>Shallallahu</em><em> ‘alaihi Wa</em><em> sallam</em>.
Pada masa sebelumnya 70.000 orang sahabat Nabi ikut bersama Nabi dalam
perang Tabuk. Dan ketika Rasulullah wafat, ada sejumlah 114.000 orang
sahabat Nabi”[2]</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<strong>Keutamaan Sahabat</strong></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Para sahabat Nabi adalah manusia-manusia
mulia. Imam Ibnu Katsir menjelaskan keutamaan sahabat Nabi, “Menurut
keyakinan Ahlussunnah Wal Jama’ah, seluruh para sahabat itu orang yang
adil. Karena Allah <em>Ta’ala </em>telah memuji mereka dalam Al Qur’an.
Juga dikarenakan banyaknya pujian yang diucapkan dalam hadits-hadits
Nabi terhadap seluruh akhlak dan amal perbuatan mereka. Juga dikarenakan
apa yang telah mereka korbankan, baik berupa harta maupun nyawa, untuk
membela Rasulullah <em>Shallallahu’alaihi Wasallam</em>”[3]</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Pujian Allah terhadap para sahabat dalam Al Qur’an, di antaranya firman Allah yang artinya, “<em>Orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan
muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik,
Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan
yang besar</em>” (QS. At Taubah: 100)</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Rasulullah <em>Shallallahu’alaihi Wa</em><em> sallam </em>pun memuji dan memuliakan para sahabatnya. Beliau bersabda, “<em>Kebaikan akan tetap ada selama di</em><em>
antara kalian ada orang yang pernah melihatku dan para sahabatku, dan
orang yang pernah melihat para sahabatku (tabi’in) dan orang yang pernah
melihat orang yang melihat sahabatku (tabi’ut tabi’in)</em>”[4]</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Beliau <em>Shallallahu’alaihi Wa</em><em> sallam </em>juga bersabda, “<em>Sebaik-baik manusia adalah yang ada pada zamanku, kemudian setelah mereka, kemudian setelah mereka</em>”[5]</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Dan masih banyak lagi pujian dan pemuliaan dari Rasulullah <em>Shallallahu</em><em> ‘alaihi Wa</em><em> sallam </em>terhadap
para sahabatnya yang membuat kita tidak mungkin ragu lagi bahwa
merekalah umat terbaik, masyarakat terbaik, dan generasi terbaik umat
Islam. Berbeda dengan kita yang belum tentu mendapat ridha Allah dan
baru kita ketahui kelak di hari kiamat, para sahabat telah dinyatakan
dengan tegas bahwa Allah pasti ridha terhadap mereka. Maka yang layak
bagi kita adalah memuliakan mereka, meneladani mereka, dan tidak mencela
mereka. Rasulullah <em>Shallallahu’alaihi Wa</em><em> sallam </em>bersabda, “<em>Jangan engkau cela sahabatku, andai ada di</em><em>
antara kalian yang berinfaq emas sebesar gunung Uhud, tetap tidak akan
bisa menyamai pahala infaq sahabatku yang hanya satu mud (satu genggam),
bahkan tidak menyamai setengahnya</em><em> pula.</em>”[6]</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<strong>Pemahaman Sahabat Nabi, Sumber Kebenaran</strong></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Jika kita telah memahami betapa mulia
kedudukan para sahabat Nabi, dan kita juga tentu paham bahwa tidak
mungkin ada orang yang lebih memahami perkataan dan perilaku Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>
selain para sahabat Nabi, maka tentu pemahaman yang paling benar
terhadap agama Islam ada para mereka. Karena merekalah yang mendakwahkan
Islam serta menyampaikan sabda-sabda Nabi <em>Shallallahu’alaihi Wasallam </em>hingga akhirnya sampai kepada kita, <em>walhamdulillah</em>. Merekalah ‘penghubung’ antara umat Islam dengan Nabinya.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Oleh karena ini sungguh aneh jika
seseorang berkeyakinan atau beramal ibadah yang sama sekali tidak
diyakini dan tidak diamalkan oleh para sahabat, lalu dari mana ia
mendapatkan keyakinan itu? Apakah Allah <em>Ta’ala </em>menurunkan wahyu kepadanya? Padahal turunnya wahyu sudah terhenti dan tidak ada lagi Nabi sepeninggal Rasulullah <em>Shallallahu’alaihi Wasallam</em>.
Dari sini kita perlu menyadari bahwa mengambil metode beragama Islam
yang selain metode beragama para sahabat, akan menjerumuskan kita kepada
jalan yang menyimpang dan semakin jauh dari ridha Allah <em>Ta’ala</em>. Sedangkan jalan yang lurus adalah jalan yang ditempuh oleh para sahabat Nabi. Setiap hari kita membaca ayat: “<em>Ya
Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang
telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.</em>” (QS. Al Fatihah: 6-7)</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Seorang ahli tafsir dari kalangan
tabi’ut tabi’in, Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, menafsirkan bahwa yang
dimaksud dalam ayat ini adalah Nabi <em>Shallallahu’alaihi Wasallam</em> dan para sahabatnya[7].</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Oleh karena itulah, seorang sahabat Nabi, Abdullah Ibnu Mas’ud <em>radhiallahu’anhu </em>berkata, “Siapa saja yang mencari teladan, teladanilah para sahabat Rasulullah <em>Shallallahu’alaihi Wasallam</em>.
Karena merekalah orang yang paling baik hatinya diantara umat ini,
paling mendalam ilmu agamanya, umat yang paling sedikit dalam
berlebihan-lebihan, paling lurus bimbingannya, paling baik keadaannya.
Allah telah memilih mereka untuk mendampingi Nabi <em>Shallallahu’alaihi Wasallam </em>dan menegakkan agama-Nya. Kenalilah keutamaan mereka, dan ikutilah jalan mereka. Karena mereka semua berada pada <em>shiratal mustaqim</em> (jalan yang lurus)”[8]</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Dalam matan <em>Ushul As Sunnah</em>, Imam Ahmad bin Hambal <em>rahimahullah</em> berkata: “Asas Ahlussunnah Wal Jama’ah menurut kami adalah berpegang teguh dengan pemahaman para sahabat Rasulullah <em>Shallallahu’alaihi Wasallam</em> dan meneladani mereka… dst.”</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Jika demikian, layaklah bila Rasulullah <em>Shallallahu</em><em> ‘alaihi Wa</em><em> sallam </em>menjadikan
solusi dari perpecahan ummat, solusi dari mencari hakikat kebenaran
yang mulai samar, yaitu dengan mengikuti sunnah beliau dan pemahaman
para sahabat beliau. Rasulullah <em>Shallallahu’alaihi Wasallam </em>bersabda:</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
“<em>Bani Israil akan berpecah menjadi
74 golongan, dan umatku akan berpecah menjadi 73 golongan. Semuanya di
nereka, kecuali satu golongan</em>”</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Para sahabat bertanya, “Siapakah yang satu golongan itu, ya Rasulullah?”</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Beliau bersabda, “<em>Orang-orang yang mengikutiku dan para sahabatku</em>”<a href="http://buletin.muslim.or.id/aqidah/meneladani-sahabat-nabi-jalan-kebenaran#_ftn9">[9]</a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Beliau juga bersabda menjelang hari-hari wafatnya, “<em>Aku
wasiatkan kalian agar bertaqwa kepada Allah. Lalu mendengar dan taat
kepada pemimpin, walaupun ia dari kalangan budak Habasyah. Sungguh orang
yang hidup sepeninggalku akan melihat perselisihan yang banyak. Maka
wajib bagi kalian untuk mengikuti sunnnahku dan sunnah khulafa ar
raasyidin yang mereka telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dan
gigitlah ia dengan gigi geraham. Serta jauhilah perkara yang
diada-adakan, karena ia adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat</em>” (HR. Abu Daud no.4609, Al Hakim no.304, Ibnu Hibban no.5)</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<strong>Jika Sahabat Berselisih Pendapat</strong></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Sebagaimana yang telah kita bahas, jika
dalam suatu permasalahan terdapat penjelasan dari para sahabat, lalu
seseorang memilih pendapat lain di luar pendapat sahabat, maka
kekeliruan dan penyimpangan lah yang sedang ia tempuh. Namun jika dalam
sebuah permasalahan, terdapat beberapa pendapat di antara para sahabat,
maka kebenaran ada di salah satu dari beberapa pendapat tersebut, yaitu
yang lebih mendekati kesesuaian dengan Al Qur’an dan sunnah Nabi <em>Shallallahu’alaihi Wasallam</em>.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Imam Asy Syafi’i <em>rahimahullah </em>berkata,
“Jika ada orang yang bertanya, Wahai Imam Syafi’i, aku dengar engkau
mengatakan bahwa setelah Al Qur’an dan Sunnah, ijma dan qiyas juga
merupakan dalil. Lalu bagaimana dengan perkataan para sahabat Nabi jika
mereka berbeda pendapat? Beliau menjawab, bimbingan saya dalam menyikapi
perbedaan pendapat di antara para sahabat adalah dengan mengikuti
pendapat yang paling sesuai dengan Al Qu’an atau Sunnah atau Ijma’ atau
Qiyas yang paling shahih”[10]</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Semoga Allah senantiasa menunjukkan kita jalan yang lurus, yaitu jalan yang ditempuh oleh Nabi <em>Shallallahu’alaihi Wasallam</em> serta para sahabatnya. [Yulian Purnama]</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
_____________</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
[1]<em> Al Ba’its Al Hatsits Fikhtishari ‘Ulumil Hadits</em>, Ibnu Katsir (1/24)<br />
[2]<em> Al Ba’its Al Hatsits </em>(1/25)<br />
[3]<em> Al Ba’its Al Hatsits</em> (1/24)<br />
[4] Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim Al Ashabani dalam <em>Fadhlus Shahabah. </em>Di-hasan-kan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam <em>Fathul Baari</em> (7/7)<br />
[5] HR. Bukhari no.3651, Muslim no.2533<br />
[6] HR. Bukhari no. 3673, Muslim no. 2540<br />
[7] Tafsir At Thabari (1/179)<br />
[8] Tafsir Al Qurthubi (1/60)<br />
[9] HR. Tirmidzi no. 2641. Dalam <em>Takhrij Al Ihya </em>(3/284)<em> </em>Al’Iraqi berkata: “Semua sanadnya jayyid”<br />
[10]<em> Ar Risalah</em> (1/597)</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02222576436259423427noreply@blogger.com0